Etika di Dalam Self-Driving Car
Nama : Agnes Handayani
Ibnu Ahsan
Raka Nurhidayat
Asep Sujiono
Mobil
self-driving (juga dikenal sebagai mobil otonom atau mobil tanpa pengemudi)
adalah kendaraan yang mampu merasakan lingkungannya dan bergerak dengan sedikit
atau tanpa input manusia. Mobil otonom menggabungkan berbagai sensor untuk
melihat sekelilingnya, seperti radar, visi komputer, Lidar, sonar, GPS,
odometry, dan unit pengukuran inersia. Sistem kontrol lanjutan menafsirkan
informasi sensoris untuk mengidentifikasi jalur navigasi yang tepat, serta
hambatan dan tanda yang relevan.
Kelebihan:
Manfaat
potensial termasuk mengurangi biaya, meningkatkan keamanan, meningkatkan
mobilitas, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengurangi kejahatan. Manfaat
keselamatan termasuk pengurangan tabrakan lalu lintas, mengakibatkan cedera dan
biaya terkait, termasuk untuk asuransi. Mobil otomatis diprediksi akan
meningkatkan arus lalu lintas, menyediakan mobilitas yang ditingkatkan untuk
anak-anak, orang tua, cacat, dan orang miskin; membebaskan para pelancong dari
tugas-tugas mengemudi dan navigasi; konsumsi bahan bakar lebih rendah; secara
signifikan mengurangi kebutuhan tempat parkir; mengurangi kejahatan; dan
memfasilitasi model bisnis untuk transportasi sebagai layanan, terutama melalui
ekonomi berbagi.
TIDAK
PERLU MAHIR BERKENDARA UNTUK BERKELILING KOTA DENGAN MOBIL
Masih
banyak yang mengandalkan angkutan umum baik yang standar maupun berbasis online
untuk berpindah tempat. Fenomena ini terjadi biasanya pengguna malas
mengendarai kendaraan atau belum paham rute perjalanan di Kota.
HIDUP
YANG LEBIH EFISIEN
Bagi
kamu yang sering berkendara mobil, tentunya tidak bisa jauh dari kelelahan
khususnya pengendara mobil manual. Kamu harus berpikir dan fokus di perjalanan
supaya selamat sampai tujuan. Dengan munculnya Self-Driving Car, kamu bisa
mengerjakan hal-hal positif lainnya, seperti mennyelesaikan tugas kantor,
mencicil laporan skripsi, membuat PPT untuk paparan, dsb.
Kecanggihan
DAPAT
MENGHINDARI PENGENDARA SEPEDA
Terutama
di negara maju, banyak orang memilih naik sepeda untuk menuju ke suatu lokasi.
Nah, mobil Google pun dirancang dapat mengenali para pengendara sepeda untuk
menghindari kecelakaan. Misalnya saat ada pengendara akan berbelok di jalur
mobil Google dan memberi tanda dengan lambaian tangan, sang mobil akan
mengenali lambaian tangan tersebut. Mobil Google pun otomatis akan memperlambat
lajunya atau berhenti, dan memberi kesempatan pada sang pengendara sepeda
berbelok melalui jalurnya.
CUKUP
AGRESIF
Mobil
Google dirancang untuk lebih agresif, dia akan berjalan perlahan-lahan secara
konsisten dan memberi tanda pada mobil lain bahwa ia ingin giliran melaju.
BISA
NGEBUT
Untuk
jalanan di dalam kota, mobil Google akan melaju dalam kecepatan normal. Tapi di
jalan tol misalnya, mobil Google bisa juga berjalan kencang, bahkan di atas
kecepatan yang diperbolehkan. Hal ini disengaja agar sang mobil tidak malah
menghambat mobil di sekitarnya yang juga dalam kondisi cepat melaju.
MENDETEKSI
LUBANG DI JALAN
Tim
Google mendesain agar si mobil mampu mengenali polisi tidur atau lubang di
jalanan. Si mobil tidak menghindari halangan tersebut, tapi akan memperlambat
lajunya sehingga lebih mulus dalam melaluinya.
TERUS
MENGAMBIL INFORMASI
Di
situasi jalanan yang rumit, mungkin pengemudi manusia akan mengambil alih
kendali karena merasa belum yakin. Nah dalam situasi ini, si mobil akan tetap
mengambil info yang diperlukan sehingga tim Google dapat melakukan simulasi
komputer bagaimana jika si mobil tetap berjalan otomatis dalam situasi jalanan
rumit itu. Tim Google pun dapat memodifikasi perilaku sang mobil berdasarkan
info yang dikumpulkannya.
Kelemahan
Masalah
termasuk keamanan, teknologi, kewajiban, keinginan oleh individu untuk
mengendalikan mobil mereka, kerangka hukum dan peraturan pemerintah; risiko
kehilangan privasi dan masalah keamanan, seperti peretas atau terorisme;
kekhawatiran tentang hilangnya pekerjaan yang berhubungan dengan mengemudi di
industri transportasi jalan; dan risiko peningkatan suburbanisasi karena
perjalanan menjadi lebih nyaman.
MENGHADAPI
CUACA BURUK
Cuaca
yang buruk membuat kontrol mobil Google lebih sulit, terutama karena
pandangannya ke dunia sekitar terhalang. Keberadaan kabut misalnya, akan
membatasi apa yang bisa dilacak radar. Kabar baiknya, tim Google sedang
mengujicoba mobil ini agar di kemudian hari mampu menghadapi cuaca yang kurang
bersahabat dengan mulus.
KEHILANGAN
SINYAL
Sinyal
selular diperlukan oleh si mobil untuk mengakses bank peta Google yang
mendetail dan memungkinkannya mengirim informasi. Koneksi selular lemah
sebenarnya tidak menjadi masalah, tapi jika hilang sama sekali, maka menurut
tim Google, si mobil akan melakukan langkah pengamanan tertentu. Tidak
disebutkan seperti apa, tapi kemungkinan sang mobil akan meminta manusia
mengambil alih kemudinya.
MENGENALI
POLISI
Sang
mobil memang akan mengenali jika ada seseorang memberhentikannya di tengah
jalan, tapi dia tidak akan mengenalinya sebagai polisi. Dalam situasi ini, si
mobil mungkin akan sedikit kebingungan dan menyerahkan kendali pada pengemudi
manusia.
SULIT
MENGENALI BINATANG
Si
mobil akan mengenali kerumunan manusia, pejalan kaki atau binatang besar
seperti rusa yang mencoba menyeberang jalan, tapi dia belum dapat mengenali
hewan kecil, misalnya saja tupai. Tupai masih terlalu kecil untuk dapat
dikenali sensornya. Saat ini, tim Google masih memperbaiki teknologinya
sehingga di masa depan makhluk sekecil tupai pun dapat terdeteksi.
BISA
DIRETAS
Seorang
peretas yang mampu membobol setiap sistem keamanan sekalipun tingkat
keamananannya sangat tinggi dan seorang hacker dalam melakukan aksinya tidak
bisa jauh dari koneksi internet. Teknologi Self-Driving Carini juga dilengkapi
dengan akses internet. Apabila seorang peretas mampu mengambil alih sistem
kemudi Self-Driving Car, tidak menutup kemungkinan dia mengendalikan
sebebas-bebasnya. Itupun kalau cuma berniat mencuri mobilnya, lalu kalau dia
sengaja menabrakkan mobil tersebut ke para pengguna mobil manual.
ETIS
ATAU TIDAK ETIS?
1.
Setiap orang mengatakan
driverless car bisa mengatasi kesalahan pengendara manusia. Namun, kita berpikir
manusia sebagai seorang decision-maker bermoral. Bisakah kecerdasan buatan
menggantikan kapasitas kita sebagai makhluk bermoral? Pada eksperimen tersebut,
bayangkan trolley melaju cepat di jalurnya. Pada jalur tersebut, terdapat empat
orang yang akan tertabrak. Namun, Anda dapat menggunakan tuas untuk mengganti
jalur, yang terdapat satu orang. Apakah Anda akan menarik tuas tersebut dan
membiarkan satu orang mati? Atau tidak melakukan apapun dan membiarkan empat
orang mati? Insinyur di bidang autonomous car harus menjawab pertanyaan seperti
ini, bahkan dengan skenario yang lebih kompleks. Pilihannya tidak Cuma membunuh
satu atau lima. Apakah kendaraan akan memprioritaskan penumpang? Atau pejalan
kaki? Atau keduanya? Atau mungkin tidak keduanya, yaitu mengembalikan keputusan
ke tangan konsumer?
Kondisi
ini dikenal dengan istilah “No-win”. Kondisi ini bisa terjadi jika kecelakaan
tidak bisa dihindari. Kendaraan harus mengambil keputusan sebijak mungkin
dengan berbagai pertimbangan moral. Sistem tidak hanya harus memiliki
kecerdasan intelektual buatan, namun juga kecerdasan emosional buatan.
2.
Masalah etika lainnya
adalah jumlah pekerjaan. Lebih dari 3,5 juta orang di Amerika Serikat bekerja
sebagai sopir truk. Teknologi memang cenderung menghilangkan pekerjaan, namun
menciptakan pekerjaan lain. Tapi, dengan revolusi teknologi ini, sepertinya
tidak bisa dianggap semudah itu. Perusahaan teknologi dan pemerintah harus
memiliki jawaban alternatif untuk permasalahan ini.
3.
Beberapa peneliti
mengusulkan untuk adanya transparansi yang lebih dalam desain mobil ini.
Transparansi dari algoritma bisa menjadi salah satu pertimbangan konsumer. Begitupun
dalam hal pengembangan, perlu adanya kolaborasi yang terbuka antara filsuf
etika professional dan insinyur pengembang. Dengan begitu, mereka bisa memiliki
peran yang konkrit dalam pengambilan keputusan berdasarkan moral.
Kesimpulan:
Kelompok kami kurang setuju dengan adanya self
driving car. Karena masih cukup beresiko jika adanya kecelakaan lalu lintas karena
yang sebagai decision-maker adalah robot dan algoritma pemrograman yang diandalkan,
karena mobil tanpa awak ini tidak memiliki perasaan atau moral jika dihadapkan
dengan keselamatan orang lain dan akan sulit diproses jika ada suatu kecelakaan
karena tidak ada kewenangan drivernya sebagai decision-maker.
Dan masih banyak kekurangan yang dapat
membahayakan pengguna lain diantaranya adalah hacking yang dapat berbahaya
karena hackernya bisa saja mengarahkan mobil untuk ditabrakan kepada mobil
lain, batrei mobil habis yang bisa tiba tiba berhenti di tengah jalan dan
membahayakan pengendara lain.
Dan undang undangnya yang belum jelas saat di
operasionalkan, saat ini baru sedikit undang undang yang di legalkan dan digunakan
di sejumlah negara yaitu hanya Jepang, Swedia dan Amerika Serikat, yang telah
meloloskan undang-undang yang mengizinkan mobil canggih ini melaju di jalan
raya.
Comments
Post a Comment